Kamis, 27 Maret 2014

Cara mendapatkan uang nyata dari facebook

Komunikasi dengan menggunakan bahasa selalu melibatkan dua pihak, yaitu komunikator dan komunikan. Bahasa dapat dikomunikasikan dengan dua cara, yakni secara lisan dan secara tulis. Dalam bahasa lisan yang terlibat dalam kegiatan berbahasa adalah pembicara dengan pendengar. Sedangkan dalam bahasa tulis yang terlibat dalam kegiatan
berbahasa adalah penulis dan pembaca.

Situasi dan kondisi dari dua pihak yang berbeda itulah yang menimbulkan berbagai ragam bahasa.
Dari berbagai sudut pandang situasi dan kondisi pembicaraan, dari topik atau isi pembicaraan, dan dari hubungan antara dua pihak yang menggunakan bahasa inilah akhirnya muncul berbagai ragam bahasa. Sedikitnya dalam buku ini akan dibahas ragam formal dan nonformal, ragam lisan dan tulis, serta ragam baku dan nonbaku.
Harimurti Kridalaksana menyampaikan bahwa ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya dapat dibedakan menurut topik, hubungan pelaku, dan medium pembicaraan. Jadi ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya, yang timbul menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya variasi tersebut. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam kalangan ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasabaku atau ragam bahasa resmi.
Sedangkan menurut Minto Rahayu, ragam bahasa dimungkinkan karena adanya ragam wilayah pemakaian dan bermacam-macam penutur. Faktor sejarah perkembangan masyarakat juga turut menimbulkan factor sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa yang beraneka ini, masih bahasa Indonesia karena cirri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, tata karma, umumnya sama.
Sedangkan menurut Yakub Nasucha dkk, ragam bahasa menurut topik pembicaraan mengacu pada pemakaian bahasa dalam bidang tertentu, seperti bidang jurnalistik (persuratkabaran), kesusasteraan, dan pemerintahan. Ragam bahasa menurut hubungan pelaku dalam pembicaraan atau gaya penuturan menunjuk pada situasi formal atau informal. Medium pembicaraan atau cara pengungkapan dapat berupa sarana atau atau cara pemakaian bahasa, misalnya bahasa lisan atau bahasa tulis. Masing-masing ragam bahasa memiliki ciri-ciri tertentu sehingga ragam yang satu berbeda dengan ragam yang lain.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Hal-hal yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa Menurut Dendy sugono (1999: 9), sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tidak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

Sebagai gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kebahasaan. Faktor-faktor di luar kebahasaan yang berpengaruh terhadap pemakaian bahasa antara lain faktor lokasi geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Adanya faktor-faktor tersebut menimbulkan perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak pada segi pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau varian dalam bahasa yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induknya disebut ragam bahasa.

Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis disebut dialek geografis. Ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan waktu disebut kronolek. Ragam bahasa yang berhubungan dengan golongan sosial penuturnya disebut dialek sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian bahasa antara lain tingkat pendidikan, usia dan tingkat sosial ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa golongan atas (bangsawan) dan bahasa golongan menengah (orang-orang terpelajar) akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan. Dalam bidang tata bunyi misalnya bunyi fonem /f/, sering terdapat dalam ujaran kaum yang berpendidikan seperti pada bentuk fakultas, film, fitnah, frekuensi. Bagi orang yang tidak dapat menikmati pendidikan formal, bentuk-bentuk tersebut sering diucapkan pakultas, pilm, pitnah, prekuensi.

0 komentar:

Posting Komentar